MENINGITIS, meninggal atau cacat

Thursday, July 8, 2010

Penyakit meningitis (radang selaput otak) menjadi momok buat balita. Penyakit ini sungguh kejam karena tak ada harapan sehat


bagi penderita meningitis. Hampir 50 persen penderita yang kena meningitis meninggal dan jika selamat akan mengalami kecacatan atau keterbelakangan.

Penyakit meningitis merupakan penyakit yang menyerang selaput otak dengan angka kematian mencapai 50 persen. Jika lolos dari maut, balita akan mengalami gejala-gejala dari sisa penyakitnya seperti lumpuh, tuli, epilepsi, lamban dan retardasi mental.

Meningitis adalah suatu peradangan dari selaput-selaput otak (yang disebut meningen), yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai macam virus dan bakteri.

Penelitian prospektif di beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa 10 persen dari penyebab meningitis pada balita adalah bakteri pneumokokus, yang angka kesembuhannya rendah dan dapat mengakibatkan cacat permanen.

"Bakteri meningitis hidup dan diam di tenggorokan orang yang sehat," ujar Dr Hardiono Pusponegoro, Sp.A(K), Staf Divisi Syaraf Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, dalam acara Konferensi Media tentang Hari Meningitis Sedunia yang bertema “Jangan Ambil Risiko, Ajak Setiap Ibu untuk Melindungi Buah Hatinya”, Jakarta, Kamis (22/4/2010).

Bakteri pneumokokus memang bisa hidup dan diam di tenggorakan 10 persen orang sehat, baik bayi, balita dan individu dewasa.

Apabila daya tahan tubuh rendah, bakteri dalam tenggorokan tersebut masuk ke dalam tubuh, darah dan otak sehingga menyebabkan penyakit meningitis. Hal ini sangat rentan terjadi pada bayi dan anak, karena daya tahan tubuh mereka yang belum kuat.

Selain itu, penularan bakteri pneumokokus sangat mudah karena carrier (balita dan orang dewasa) akan menyebarkannya melalui udara, pertukaran dari pernapasan dan sekresi-sekresi tenggorokan, seperti batuk dan mencium.

"Bakteri pneumokokus adalah pembunuh balita terbesar," ujar Dr Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si, Sekretaris Satgas Imunisasi PP-IDAI dan Ahli Tumbuh Kembang Anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.

Gejala klinis meningitis yang khas seperti demam tinggi, kejang, penurunan kesadaran dengan ditandai berkurangnya respons terhadap rangsangan.

Pada bayi, gejalanya seperti demam (62 persen), hipotermia (tubuh merasa sangat kedinginan), letargi (penurunan kesadaran), kesulitan minum, muntah, diare, sesak napas, kejang atau ubun-ubun besar membonjol.

Sedangkan pada anak-anak, gejalanya seperti demam, kejang, nyeri kepala, penurunan kesadaran, kaku leher pada 75 persen.

Orang yang berisiko tinggi terkena penyakit akibat bakteri pneumokokus adalah sebagai berikut:
  1. Bayi atau anak berusia di bawah 2 tahun
  2. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur) dan berat lahir rendah
  3. Bayi yang hanya diberi ASI sebentar atau sedikit
  4. Kawasan hunian padat
  5. Sering terpapar asap rokok
  6. Penitipan anak (day care)
  7. Sering mengalami infeksi virus di saluran pernapasan
  8. Sering mendapat antibiotik yang dosisnya tidak kuat
  9. Sistem kekebalan rendah, seperti penderita HIV
  10. Penderita penyakit kronis

Dr Soedjatmiko menyatakan perlu upaya yang keras untuk pencegahan meningitis, karena sekali bakteri tersebut sampai di selaput otak, maka tak ada harapan sembuh total bagi di penderita.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu:

Nutrisi

Dengan pemberian ASI, makanan lengkap dan seimbang, vitamin A, Zinc, dan lainnya.

Perilaku hidup sehat
  1. Tutup mulut atau hidung ketika batuk dan bersin
  2. Hindari mencium bayi dengan mulut
  3. Hindari infeksi virus berulang (flu berulang-ulang)
  4. Hindari polusi seperti asap rokok dan asap dapur
Vaksinasi dan imunisasi
  1. Dengan rutin imunisasi: BCG, DTP, Campak, Hib, Influenza
  2. Serta yang penting vaksinasi pneumokokus: PCV 7 dan PCV 13

WASPADAI PENYEBAB MIGRAIN

Penyebab migrain sangat beragam, mulai dari makanan hingga lingkungan. Efek dari berbagai penyebab itu berbeda-beda pada setiap individu, sehingga tidak semuanya harus dihindari. Paling tidak, ada beberapa hal yang harus diwaspadai.

"Bahkan pada individu yang sama, tidak selalu ada penyebab yang sama dan konsisten. Suatu saat cokelat memicu migrain, pada saat yang lain tidak," kata Larry Newman, MD, direktur Headache Institute di St. Luke's-Roosevelt Hospital Center.

Bagi yang sering mengalami migrain, Newman menganjurkan untuk membuat diary sakit kepala. Dari catatan tersebut, bisa diketahui apa saja yang bisa menyebabkan migrain pada seseorang.

Berikut ini adalah beebrapa hal yang sering memicu migrain, dikutip dari Health.com, Jumat (18/6/2010).

1. Makanan dan minumanMenurut National Headache Foundation, makanan dan minuman yang bisa memicu migrain di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Keju matang (seperti cheddar, emmentaler, stilton, brie dan camembret)
  2. Cokelat
  3. Makanan yang diasinkan, diasamkan atau difermentasikan
  4. Krim asam
  5. Kacang-kacangan dan selai kacang
  6. Roti sourdough
  7. Kismis, pepaya, plum merah
  8. Buah-buahan beraroma sitrus
  9. Kafein yang berlebihan
  10. Alkohol
2. MenstruasiBagi kebanyakan perempuan, siklus menstruasi merupakan penyebab utama sakit kepala termasuk migrain. Biasanya serangan itu terjadi saat haid, atau beberapa hari sebelumnya. Anjloknya kadar esterogen pada masa-masa tersebut diduga merupakan pemicu utamanya. Oleh karena itu, hal yang sama juga dialami oleh perempuan menjelang masa menopause.

3. LingkunganBagi sebagian orang, bau parfum yang menyengat bisa memicu migrain saat berada di tempat umum misalnya pusat perbelanjaan. Sebagian yang lain bisa mengalami migrain karena melihat lampu kerlap-kerlip, atau sorot sinar matahari dari sela-sela pepohonan saat mengemudi.

4. Stres
penyebab migrain yang paling umum bagaimanapun adalah stres, dan sebaliknya penderita migrain bisa menjadi sangat responsif secara emosional. Gelisah, khawatir, sedih, terkejut dan suasana hati yang tidak menentu dapat memicu pelepasan hormon tertentu yang menyebabkan migrain.

Sebaliknya, rasa lega setelah melepas kepenatan yang terlanjur berlarut-larut juga bisa memicu migrain. Gangguan yang disebut weekend headaches ini umumnya dialami para karyawan setelah sibuk bekerja selama sepekan.

KENALI 5 JENIS SAKIT KEPALA

ini gue kutip dari detkhealth.com . Artikel ini saya persembahkan untuk my lovely sister, eva rosalyne :)

Mengobati sakit kepala tidak boleh sembarangan, sebab jenis dan penyebabnya berbeda-beda. Sebab jika tidak hati-hati, salah pilih obat malah dapat memicu jenis sakit kepala yang lain.

Jenis sakit kepala yang paling ringan memang bisa sembuh dengan obat sakit kepala biasa. Namun ada juga yang harus diikuti dengan pemberian antibiotik, atau bahkan suplemen untuk memelihara fungsi saraf.

Agar tidak salah dalam memilih obat, kenali 5 jenis sakit kepala seperti dikutip dari Health.com, Jumat (18/6/2010), berikut ini.

1. Tension headacheMerupakan jenis sakit kepala yang paling umum, berupa nyeri atau pegal yang dirasakan secara konstan di sekitar pelipis atau leher dan kepala bagian belakang. Tidak separah migrain, tension headache tidak disertai mual dan muntah dan tidak terlalu mengganggu aktivitas. Obat-obatan yang dijual bebas cukup ampuh untuk mengatasinya, seperti aspirin, ibuprofen, atau asetaminofen.

Para ahli menduga, penyebab jenis sakit kepala ini adalah kontraksi leher dan kulit kepala yang biasanya menyertai kondisi stres. Bisa juga dipicu oleh perubahan komposisi kimia di otak.

2. Cluster headacheJenis sakit kepala yang satu ini lebih banyak menyerang pria daripada wanita. Biasanya terjadi secara mendadap pada satu kelompok, dengan gejala nyeri yang parah pada salah satu sisi kepala. Kadang disertai mata berair, hidung tersumbat, serta ingus meler pada sisi kepala yang sama. Seseorang yang mengalaminya akan merasa gelisah, tidak nyaman seperti pada penderita migrain.

Penyebab pasti belum diketahui, namun diduga merupakan gangguan pada komponen genetik. Tidak ada obat yang secara efektif bisa menyembuhkan, tetapi obat-obat pereda nyeri bisa mengurangi gejalanya.

3. Sinus headacheSinus yang mengalami radang karena infeksi bisa menyebabkan nyeri di kepala. Biasanya disertai demam, dan perlu diperiksa degan MRI atau CT Scan untuk mengetahui perubahan komposisi cairan, atau dengan fiber optic untuk melihat adanya nanah.

Selain pereda nyeri, antibiotik juga dibutuhkan oleh penerita jenis sakit kepala ini. jika perlu, dokter akan meresepkan antialergi atau pelega tenggorokan.

4. Rebound hadacheJangan sembarangan menggunakan obat pereda nyeri, sebab penggunaan secara berlebihan adalah salah satu penyebab jenis sakit kepala yang satu ini. Rebound headache adalah sakit kepala yang terus beulang, dan kadang-kadang justru semakin parah setiap kali diobati.

Salah satu teori mengatakan, terlalu banyak obat menyebabkan respon otak melonjak dan justru memperparah sakit kepala. Teori lain mengatahan, rebound headache merupakan gejala putus obat sebagai efek balikan setelah kadar obat di dalam darah menipis.

5. Migraine headacheJenis sakit kepala sebelah yang juga banyak ditemukan ini merupakan gangguan neurologis (saraf) dan didefinisikan dengan kriteria sebagai berikut:

  1. Sebelumnya pernah mengalami sakit kepala tak kurang dari 5 kali
  2. Berlangsung selama 4 hingga 72 jam
  3. Mengalami 2 dari 4 keluhan berikut: sakit kepala sebelah; kepala berdenyut; nyeri sedang hingga parah; tidak bisa melakukan aktivitas rutin
  4. Disertai salah satu gejala sebagai berikut: mual dan/atau muntah; menjadi sensitif terhadap bunyi dan cahaya.
Beberapa obat yang dijual bebas diklaim bisa mengatasi migrain dan memelihara fungsi saraf. Namun untuk memastikan tidak ada masalah serius dengan sistem saraf, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mendapat diagnosis yang tepat