termenung

Thursday, November 8, 2012


Aku merenung,
Sendiri,
ditengah suara jangkrik yang bersahutan di rumput liar,
ditengah bekunya hati ini.

Sudah berapa umurku? 20 tahun. Ya, dua puluh tahun. Namun menurutku itu waktu yang singkat untuk bermain-main dan mencari jati diri. Isi fikirku sungguh sangat banyak dan melompat – lompat seperti katak yang melompat dan berteriak saat hujan turun. Mungkin jika aku tidak mampu meregulas diri ini dengan baik, bisa saja sekarang aku sudah ada di rumah sakit tempat berkumpulnya orang – orang yang memiliki gangguan jiwa, atau bisa saja aku sudah menggelandang di jalan karena keluarga tidak mau memiliki anggota keluarga seperti aku, atau bisa saja aku sedang dipasung disebuah rumah tua yang tidak berpenghuni yang dimana hanya aku yang tinggal disitu. Ah, aku terlalu banyak berkhayal! Mungkin karena hobiku yang  membaca buku, baik itu buku ilmiah *walaupun tiap sejam sekali tertidur* ataupun novel roman fiktif yang mampu membuat hatiku terhanyut mengikuti alur cerita si penulis. Meskipun aku suka membaca, tapi aku tidak pandai menulis. Ya, lagi – lagi karena isi fikirku terlalu banyak dan melompat-lompat sehingga sulit untuk membuat alur cerita yang ingin kusampaikan.

Apa yang sudah aku dapat di umurku yang ke dua puluh tahun? Sungguh sangat banyak sekali. Aku sekarang sudah lulus D3 Okupasi Terapi di Universitas Indonesia. Aku sungguh sangat bersyukur, peluang kerjaku sungguh luas, dan bisa berkembang. Belum lulus saja sudah banyak tawaran yang masuk. Ada dari dosenku yang menawarkan untuk bergabung di kliniknya sambil sekolah lagi dan setelah lulus S1 beliau akan mengajakku untuk bergabung menjadi dosen di UI, ada pula tawaran dari senior-seniorku yang meminta untuk menggantikannya karena mereka sedang membuat skripsi, ada yang memintaku untuk menjadi shadow teacher untuk anaknya yang terdiagnosa autism saat dia sekolah, dan masih banyak lagi. Aku beruntung! Ya, seharusnya aku mensyukuri itu. Disaat orang lain kesulitan untuk mencari kerja, aku justru ditawari banyak pekerjaan. Namun aku memilih untuk bergabung di salah satu klinik stoke terkenal di Jakarta. Mengapa? Karena dari sekian banyak cases yang diajarkan di kampus; pediatric, geriatric, ataupun psikososial, memang aku lebih ‘interest’ di kasus – kasus geriatric, khususnya Stroke dibandingkan dengan  yang lain. Cita – citaku ingin membuat klinik stroke di Kampung mbahku di Klaten, sekaligus mengembangkan desa, terlebih lagi disana cukup banyak juga yang menderita stroke, termasuk kakaknya mbahku. Untuk mewujudkan cita-citaku itu tentunya harus ada misi. Salah satunya mengeksplorasi diri di kasus – kasus Stroke dan meng-uptodate ilmu. Akhirnya akupun memutuskan untuk bekerja disana, bersama teman baikku selama kuliah juga, secara tidak disengaja. Sebagai permulaan, tentunya ada masa training selama tiga bulan di masing-masing cabang. Walaupun bekerja di institusi yang sama, namun apa yang aku dan teman baikku dapatkan tidaklah sama. Temanku jauh lebih berutung, karena dia ditempatkan di pusat, dimana semua terapis yang  sudah handal bekerja disana, dan tentunya pasien Stroke disana juga jauh lebih banyak dan rata – rata kaum menengah ke atas. Maklum, namanya klinik khusus pasti tarifnya juga khusus tidak seperti di Rumah Sakit Umum. Soal jarak, kita sama. Rumah temanku di bekasi dan dia ditempatkan di Kebayoran Lama, sedangkan aku di Ciganjur dan aku ditempatkan di Kelapa Gading. Sungguh nikmat apabila kita ditukar, karena Bekasi ke Kelapa Gading tidak begitu jauh,begitupun Ciganjur ke Kebayoran Lama. Dengan jarak yang begitu jauh, bayangkan, dari ujung selatan ke Utara! Dan setiap perjalanan membutuhkan waktu minimal 2 jam. Bahkan pernah karena hujan dan macet, aku tertahan di dalam busway hingga 4 jam yang biasanya 1-1,5 jam. Superbass!

Dengan jarak yang begitu jauh, dan tentunya ongkos setiap hari yang tidak sedikit pula, aku bertahan disana dengan alasan ingin mengeksplorasi diri dan menambah pengalaman. Gaji pertamaku, kau tau berapa? Ah tak layak untuk disebutkan. Bahkan gajiku saya tidak cukup untuk ongkos dan makan setiap harinya. Aku hanyak bisa berdoa, perbanyak shalat dhuha supaya rezekiku mengalir, dan bersyukur tentunya. Dan Alhamdulillah, aku punya pasien yang sangat royal, hampir setiap kali ia datang untuk treatment ia selalu memberiku tips yang bahkan lebih besar dari harga sekali treatment. Karena sejauh ini pasienku hanya dia, pastinya aku memberikan pelayanan terbaik, dan Alhamdulillah dia sangat puas, hingga sekarangpun tak sekali dia menghubungiku untuk sekedar silaturahim dan memberitahu kondisinya.

Memang sulit untuk menjadi orang yang pandai bersyukur terhadap apa yang diberikan Allah. Padahal bila kita syukuri, banyak sekali nikmat yang Dia selalu berikan setiap hari,tiap jam,bahkan tiap detiknya kepada kita. Semoga kalian semua menjadi salah satu orang yang pandai bersyukur. Jazakallah

0 comments: