KETIKA PROTEIN DI URIN BUKAN BERARTI PENYAKIT GINJAL

Saturday, June 19, 2010


Pengeluaran protein di dalam urin biasanya menandakan penyakit ginjal (nefritis). Namun pengeluaran protein dalam urin yang mirip dengan terjadinya nefritis dapat timbul juga setelah olahraga , tetapi hali ini tidak berbahaya, bersifat sementara, dan reversible. Istilah pseudonefritis atletik digunakan untuk menjelaskan proteinuria (protein di dalam urin) pasca olahraga ini. Penelitian – penelitian ini mengisyaratkan bahwa 70-80% atlet mengalami proteinuria setelah olahraga berat. Keadaan ini terjadi pada para peserta olahraga kontak dan nonkontak, sehingga tidak disebabkan oleh trauma fisik terhadap ginjal. Pada satu penelitian, para subjek yang ikut serta dalam lari jarak pendek maksimal mengekskresikan lebih banyak protein dibandingkan sewaktu mereka bersepeda, mendayung, atau berenang dengan intensitas kerja yang sama. Penyebab perbedaan ini belum diketahui hingga sekarang.

Biasanya hanya sebagian kecil dari protein plasma yang masuk ke glomerulus untuk di filtrasi , protein yang difiltrasi tersebut kemudian direabsobsi di tubulus sehingga dalam keadaan normal tidak ada protein plasma yang muncul di urin. Dua mekanisme dasar dapat menyebabkan proteinuria : (1) Peningkatan permeabilitas glomerulus tanpa disertai perubahan reabsobsi tubulus atau (2) gangguan reabsorpsi tubulus. Penelitian menunjukkan bahwa selama olahraga ringan sampai sedang, proteinuria terjadi karena perubahan permeabilitas glomerulus, sementara selama olahraga berat – singkat, proteinuria tampaknya disebabkan oleh peningkatan permeabilitas glomerulus dan disfungsi tubulus.
Disfungsi ginjal reversible ini diyakini sebagai akibat perubahan sirkulasi dan hormon yang berlangsung selama olahraga. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa aliran darah ginjal berkurang selama berolahraga karena pembuluh-pembuluh ginjal berkonstriksi dan darah dialirkan ke otot – otot yang berolahraga. Penurunan ini berkolerasi positif dengan intensitas olahraga. Pada olahraga yang intensif, aliran darah ginjal dapat berkurang sampai 20% dari normal. GFR (Glomerulus Filtration Rate) juga menurun, tetapi tidak sebesar penurunan aliran darah ginjal, mungkin karena adanya mekanisme otoregulasi. Beberapa peneliti berpendapat bahwa penurunan aliran darah glomerulus meningkatkan difusi protein ke dalam lumen tubulus, karena sewaktu darah yang mengalir lambat menghabiskan lebih banyak waktu di glomerulus, proporsi protein yang memiliki cukup waktu untuk lolos menembus membrane glomerulus meningkat. Perubahan hormon yang berlangsung selama olahraga mungkin juga mempengaruhi permeabilitas glomerulus. Sebagai contoh, penyuntikkan rennin plasma meningkat selama olahraga berat dan mungkin berperan menimbulkan proteinuria pascaolahraga. Juga dihipotesiskan bahwa selama olahraga berat reabsorbsi tubulus maksimum tercapai, yang dapat menyebabkan gangguan reabsorbsi protein. 

 

0 comments: